Mungkin ada suatu pertanyaan dari calon peternak burung parkit, kalau banyak orang yang akan beternak burung parkit, lalu siapa yang akan membeli burung parkit? Atau dengan kata lain, mau dijual atau dipasarkan ke mana hasil budi dayanya itu? Apakah tidak akan terjadi apa yang disebut over supply, yang kemudian berimbas pada kemerosotan harga pasar? Inilah perlunya diulas tentang aspek pemasaran yang perlu dicermati bagi peternak-peternak pemula (khususnya burung parkit).
Sebagai ilustrasi, kalau kita masuk ke dalam pasar, entah pasar sandang, pakaian, sayuran, buah-buahan, di situ akan banyak dijumpai banyak penjual bahkan berderet-deret menjual barang dagangan yang sama dan sejenis, tetapi semua laku dan berjalan lancar. Sebuah filosofi mengatakan, kalau ada penjual tentu ada pembeli, demikian pula sebaliknya.
Menjual burung parkit dari hasil penangkaran ibarat menjual emas perhiasan. Begitu mudah, cepat, dan yang lebih menarik tanpa ada loby-loby atau kompromi-kompromi lebih dahulu antara penjual dan pembeli. Yang lebih menarik lagi, transaksi penjualannya dalam bentuk cash di pasar, berapapun nilai-nilai transaksinya. Hari ini menjual pada saat itu menerima uang.
Hal itu menunjukkan bahwa pangsa pasar burung parkit selama ini masih cukup bagus. Pasar burung (khususnya pedagang parkit) tak pernah membatasi penerimaan setoran dari peternak, asal satu syarat yang harus dipenuhi, yakni kesepakatan harga. Bahkan tidak jarang pedagang burung parkit yang mengejar peternak sampai bersedia mengambil sendiri burung parkitnya ke rumah para peternak.
Rantai pemasaran burung parkit berawal dari peternak (biasanya sudah seringkali menjual hasilnya) kepada pedagang burung parkit di pasar burung, atau sebagian ada pedagang yang mangkal di pinggir-pinggir jalan raya (di Solo, misalnya). Burung parkit yang terkumpul, oleh pedagang sebagian dijual lagi kepada peternak pemula di kotanya, dan sebagian lagi di eksport. Konon kabarnya, di luar negeri empedu dari burung parkit digunakan sebagai bahan kosmetik.
Menurut pengalaman beberapa peternak, masalah pemasaran tidak pernah menghadapi kesulitan atau hambatan. Tetapi masih ada hal yang masih menjadi ganjalan para peternak, yaitu kendala fluktuasi harga parkit di pasaran. Setiap saat bisa terjadi fluktuasi harga, baik harga jual maupun harga beli. Dalam dunia bisnis ketidakstabilan harga adalah hal yang wajar, ketika permintaan menguasai pasar harga cenderung naik, sebaliknya jika penawaran menguasai pasar harga akan turun. Namun ada fenomena menarik terhadap perdagangan parkit. Tinggi-rendahnya harga parkit di pasaran sangat dipengaruhi oleh harga pakan, terutama jewawut sebagai pakan utama. Bila suatu saat harga jewawut naik, harga parkit cenderung turun.
Tingkat penurunannya sebanding dengan kenaikan harga pakan. Kasus seperti ini sudah bukan rahasia bagi peternak maupun pedagang, karena kenaikan harga pakan akan berdampak pada kenaikan biaya pemeliharaan bagi peternak, dan pada saat itulah banyak peternak melempar sebagian parkitnya ke pasar. Namun sebaliknya, ketika harga pakan turun, harga parkit di pasaran cenderung naik. Rendahnya harga pakan mendorong munculnya peternak-peternak pemula atau pendatang baru.