Dengan awal masuknya ayam arab ke Indonesia. Ada yang mengatakan bahwa ayam arab masuk ke Indonesia pertama kali dibawa oleh seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) dari daerah Malang, Jawa Timur yang bekerja di Arab Saudi. Adapula yang mengatakan bahwa ayam arab pertama kali dibawa ke Indonesia oleh seorang jemaah haji asal Sukabumi, Jawa Barat. Semula masih terdapat perbedaan pendapat tentang awal kehadiran ayam arab di Indonesia.
Pada mulanya banyak cerita yang muncul berkaitan Namun, kemudian diketahui bahwa ayam arab yang ada di Indonesa ternyata bukan berasal dari Arab Saudi, tetapi berasal dari suatu negara di kawasan Eropa yaitu Belgia. Ayam ini dikenal juga dengan nama brakelkriel-silver. Ayam ini tergolong jenis ayam buras yang terkenal di Belgia. Kepopulerannya sebagai ayam buras unggul di Belgia mungkin bisa disamakan dengan ayam pelung atau ayam kedu di Indonesia.
Sebutan ayam arab muncul kemungkinan diambil dan' nama negara Arab yang pada awalnya diyakini banyak orang sebagai negara asal ayam tersebut atau dapat pula karena bulu di kepala dan leher ayam ini yang tampak menyerupai kerudung sehingga seperti pakaian wanita Arab. Oleh karena itu, sebutan ayam arab pun semakin terkenal.
Salah satu kendala yang dihadapi para peternak bukan ras (buras) petelur adalah rendahnya produksi
telur ayam piaraannya. Hal ini di antaranya dikarenakan oleh faktor genetis dan adanya fase pengeraman selama masa bertelur serta kesehatan induk ayam yang tidak terjaga dengan baik. Meskipun peluang pasar telur ayam buras tinggi dan harganya lebih tinggi dibandingkan telur ayam ras, tetapi tidak banyak peternak ayam yang mau membudidayakannya dalam jumlah besar. Peternak ayam lebih tertarik untuk memelihara ayam ras petelur yang produksi telurnya tinggi dan secara ekonomis lebih menguntungkan.
Kehadiran ayam arab tampaknya dapat dijadikan pilihan untuk mengatasi kendala rendahnya produksi telur yang dihadapi para peternak ayam buras petelur selama Hal ini dikarenakan ayam arab memiliki produksi telur yang lebih tinggi dibandingkan ayam buras petelur lainnya. Penampakan tubuh ayam arab pun mirip dengan ayam buras seperti bentuk badannya kecil, konsumsi pakannya rendah dan tahan terhadap penyakit. Selain itu, ayam arab mampu bertelur sepanjang tahun dan tidak men geram. Produksi telur ayam arab yang dipelihara dengan baik dapat mencapai 80 persen, sedangkan jenis ayam buras lainnya hanya sekitar 60 persen.
Pengelolaan dan pemasaran ayam arab yang baik dapat menjadikan ayam arab saingan utama ayam buras petelur lainnya maupun ayam ras petelur. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan keberadaan ayam arab dapat menggeser peran ayam ras petelur. Penjualan telur ayam arab (termasuk telur ayam buras lainnya) secara butiran mampu memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan penjualan secara kiloan bagi telur ayam ras. Oleh karena itu usaha ternak ayam arab memiliki peluang bisnis yang lebih baik dibandingkan ayam buras lainnya maupun ayam ras.