1. Asal-Usul Burung Parkit
Burung parkit pertama kali ditemukan di Benua Kanguru yakni Benua Australia, oleh seorang ornitholog yang bernama John Gould pada tahun 1740. Karena penasaran melihat postur tubuh burung parkit yang elok rupa, mungil, dan memiliki warna bulu begitu indah dan menarik. Kemudian John Gould mencoba memelihara di lingkungan rumahnya. Ternyata burung parkit dapat hidup dan berkembang biak. Dengan kondisi lingkungan yang sangat jauh berbeda antara hidup liar dengan hidup di dalam sangkar, burung parkit yang ditemukan hanya berwarna hijau dominan di seluruh tubuhnya dengan pigmen-pigmen hitam di sekitar kepala dan sayap. Dari hasil perkembangbiakannya, kemudian burung parkit dibawa ke negara-negara lain, seperti ke Benua Eropa, Benua Amerika, dan Benua Asia, termasuk ke Indonesia.
Dalam bahasa Prancis dan Jerman, burung parkit disebut ”Perruche Ondule” dan "Wellensittich". Orang Belanda dulu menyebut "Undulated Grass Parkeet", kemudian disingkat menjadi ”Grass Parkeet"kemudian berubah lagi menjadi ”Parkiet”, di Indonesia orang menyebut "Parkit". Jadi, di Indonesia parkit yang populasinya sudah begitu banyak dan menyebar hampir di seluruh kepulauan, itu adalah parkit impor dari Benua Australia. Tetapi karena sejak tahun 1950-an burung parkit sudah ada di Indonesia dan sudah mulai dibudidayakan, seolah-olah burung parkit asli burung yang berasal dari Indonesia. Anehnya, para pedagang burung dan penangkar burung di negara kita mengklarifikasikan burung parkit tersebut adalah parkit “lokal“ Istilah itu justru datang bukan dari peneliti perburungan, melainkan dari pedagang burung itu sendiri. Setelah dicermati alasan istilah ”lokal" dihubungkan dengan jenis parkit lain yang sampai saat ini Indonesia masih mengimpor, yakni disebut "Parkit Australia" atau burung parkit "Calk".
B. Biologi Parkit
Parkit, dalam bahasa Latin disebut "Melopsittacus Undulatus". Melopsittacus berasal dari kata melas artinya "nyanyian", dan psittacus berarti kerabat dari betet, sedangkan kata undulatus kira-kira bercorak gelombang, yang terdapat pada bulu-bulu warna yang memiliki pigmen-pigmen.
Burung parkit termasuk bangsa burung berparuh bengkok. Paruh bagian atas ditandai dengan bentuk melengkung ke bawah, sedangkan paruh bawah melengkung ke atas. Parkit jenis burung dari keluarga Psittacidae, ordo Psittaciformes dari golongan atau kelas Aves. Habitat aslinya dari padang rumput, padang belukar, dan belantara. Makanan yang disukai adalah dari jenis biji-bijian, pucuk rerumputan, dan buah-buahan yang ditemukan di daerah asal-usulnya.
Anatomi tubuh parkit secara umum memiliki leher pendek, tubuh langsing, mungil, dan memiliki keindahan bulu yang berwarna-warni. Panjang burung parkit dewasa antara 18 sampai 20 cm, paruhnya kuat, keras, dan sakit bila menggigit tangan. Burung parkit memiliki dua jenis mata, ada yang berwarna merah bening dan ada pula yang berwarna hitam bening. Menurut jenis burung, parkit digolongkan sebagai burung hias. Mungkin sebutan ini didasarkan pada keindahan dan keragaman warna bulu. Di samping itu suara atau bunyinya tidak memiliki nada dan irama yang merdu. Hal ini membedakan antara burung hias dengan burung berkicau. Pada burung berkicau, suara dan nadanya berirama cukup indah. Bagi para penangkar burung berkicau, tujuan utamanya adalah bunyinya yang indah untuk didengar.